BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen
berbentuk yaitu sel-sel darah dan trombosit dan suatu substansi interseluler
cair yaitu plasma darah. Volume darah pada orang dewasa kurang lebih 5 liter.
Sifat plasma darah yang cair menyebabkan tidak didapatinya hubungan ruang antar
sel. Menurut penampilannya sel darah dibedakan menjadi dua jenis: sel darah
merah (eritrosit), dan sel darah putih
(leukosit). Terdapat pula unsur-unsur lain dalam darah yaitu keping-keping
darah (trombosit). Sifat unsur darah yang berbentuk dapat dilihat dalam darah
segar, namun yang hanya masih banyak lagi terilihat setelah difiksasi dan
dipulas.
Cara pemulasan mempergunakan
larutan yang merupakan campuran biru metelin dan eosin. Harus dicatat bahwa
nilai-nilai yang diberikan berkenaan dengan dimensi sel dan jumlahnya adalah
hanya perkiraan rata-rata, dan disamping itu ukuran dimensi sel-sel lebih kecil
dalam keadaan segar, bila dibandingkan dengan dimensi sajian darah apus kering,
kecuali sel darah merah.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana ciri-ciri dari sel darah merah?
2.
Bagaimana peranan sel darah merah?
3.
Bagaimana kelainan dari sel darah merah?
4.
Bagaimana daur hidup sel darah merah?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui ciri-ciri sel
darah merah
2.
Untuk mengetahui peranan sel
darah merah
3.
Untuk mengetahui beberapa
kelainan dari sel darah merah
4.
Untuk mengetahui daur hidup
sel darah merah
BAB II
PEMBAHASAN
Eritrosit
atau sel darah merah, merupakan sel yang telah terdiferensias ijauh dan mempunyai
fungsi khusus untuk transpor
oksigen. Pada mamalia, eritrosit adalah sel darah yang telah yang melepaskan
inti dan organel-organel sitoplasma lain selama perkembangannya.
Ciri-ciri dari eritrosit antara lain:
Tiap sel berbentuk seperti
cakram-bikonkaf dan bila dilihat pada bidang datar bentunnya datar. Pada
penyakit-penyakit tertentu ditemukan eritrosit-eritrosit yang telah diubah
bentuknya didalam peredaran manusia. Eritrosit mempunyai kecenderungan menempel
satu sama lain pada permukaan konkafnya sehingga membentuk bangunan tumpukan
atau deretan mirip uang logam, fenoma ini disebut pembentukan rouleaux, yang
terjadi secara spontan bila terdapat hambatan sirkulasi atau bila darah
dikeluarkan dari peredaran darah.
Sel-sel darah merah bersifat elastis dan
mempunyai kemampuan berubah bentuk. Hal ini terbukti dari kemampuannnya melalui
kapiler-kapiler dengan diameter kecil. Sel-sel darah merah berdiameter sekitar
7,6 mikron dan tebalnya 1,9 mikron dalan apusan darah kering. Sel-sel hidup
yang tidak mengalami dehidrasi mempunyai diameter yang lebih besar sekitar 8,5
mikron.
Jumlah eritrosit lebih besar dari pada
unsur darah berbentuk lainnya. Pada laki-laki terdapat 5 sampai 5,5 juta eritrosit
tiap milimeter kubik, pada wanita 4,5 sampai 5 juta eritrosit tiap mili meter
kubik. Apabila seseorang bertempat tinggal didataran tinggi maka jumlah
eritrositnya akan meningkat. Yang tersedia untuk pertukaran zat antara sel-sel
darah pada satu pihak dengan plasma dan udara dipihak lain.
Eritrosit
secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme
tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer
dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini
akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat
membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk
buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir
keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan
hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan
otot.
Kandungan
ertitrosit dadalah senyawa kimia terdiri dari suatu lipid dan kompleks protein
koloid, terutama hemoglobin, yang tidak hanya menyebabkan warna eritriosit
menjadi merah, tetapi ikut menentukan bentuk eritrosit.
Warna dari eritrosit berasal dari
gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan,
tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada oksigen,
eritrosit akan berwarna merah terang dan ketika oksigen dilepas maka warna
erirosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan
pada pembuluh darah dan kulit. Metode tekanan oksimetri mendapat
keuntungan dari perubahan warna ini dengan mengukur kejenuhan oksigen pada
darah arterial dengan memakai teknik kolorimetri.
Eritrosit
segar berwarna kuning kehijauan. Didalam massa sel darah merah padat, warnanya
menjadi merah. Pada sajian apus darah kering, eritrositnya terpulas meran
(yaitu asidofil) dengan pulasan Leishman atau Giemsa. Sitoplasma terlihat
homogen dan tidak berinti. Setiap eritroisit dibatasi oleh membran plasma yang
merupakan suatu kompleks lipoprotein (yaitu suatu “unit” membran khusus).
Dibawah membran plasma terdapat kerangka sel (cytoskeletal), yang terdiri dari
dua lapisan: jala granual vertikal dan filamentosa horizontal. Jala-jala
tersusun oleh protein kontraktil yang “khusus” untuk eritrosit disebut
spektrin. Spektrin mampu memelihara bentuk bikonkaf dan memungkinkan pengaliran
oksigen dan karbion monoksida secara efisien didalamnya. Jala filamentosa
terlihat dihubungkan dengan membran plasma melalui komponen-komponen granular
vertikal. Jika bentuk eritrosit dewasa dipengaruhi oleh jala-jala sub
plasmalemma, maka ketentuan membran, yang penting untuk mempertahankan
kehidupan tergantung pada unsur-unsur membran pada membran plasma, misalnya
kolesterol. Dalam keadaan normal sekitar 1% eritrosit yang terdapat dalam
perifer belum dewasa. Eritrosit yang belum dewasa disebut retikulosit, yang
merupakan suatu tahap perkembangan sel darah merah. Retikulosit tampak agak
lebih besar dari pada sel darah merah, dan tampak agak kebiruan setelah pulasan
Romanovsky, karena adanya sisa sintesa protein.
Dalam keadaan normal isi (sitoplasma)
sel-sel darah berada dalam keseimbangan osmotik dengan plasma. Apabila plasma
bertambah pekat konsentrasinya karena penguapan atau karena penanbahan pelarut
hipertonik pada darah akan mengakibatkan terjadinya krenasi pada sel darah. Ini
sebagai akibat keluarnya air dari sel-sel tersebut yang menyebabkan mengkerut
sehingga menghasilkan bentuk sel seolah-olah berduri. Apabila plasma
diencerkan, air masuk kedalam sel darah dan sel-sel membengkak, menyebabkan
bentuk membulat. Bila keadaan ini terus-menerus, hemoglobin keluar dari sel
kedalam plasma dan darah kehilangan warnanya, menjadi kantung-kantung darah
yang kempis (blood ghosts), keluarnya hemoglobin disebut hemolisis. Aglutinasi
yaitu penggumpalan sel-sel darah merah yang dipengaruhi berbagai zat. Dapat
terjadi dalam peredaran darah pada keadaan patologik, pada keadaan ini bentuk
dan kandungan hemoglobin eritrosit berubah.
Fungsi
eritrosit
Fungsi utama
eritrosit adalah untuk pertukaran gas yang membawa oksigen dari paru menuju ke
jaringan tubuh dan membawa karbondioksida (CO₂) dari
jaringan tubuh ke paru.
Eritrosit
tidak mempunyai inti sel tetapi mengandung beberapaorganel dalam sitoplasma.
Sitoplasma dalam eritrosit berisi hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe)
sehingga dapat mengikat oksigen.
Eritrosit
berbentuk bikonkaf dan berdiameter 7-8 mikron. Bentuk bikonkaf tersebut
menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel sehingga dapat melewatipembuluh darah
yang sangat kecil dengan baik. Bentuk eritrosit pada mikroskop biasanya tampak
bulat berwarna merah dan dibagian tengahnya tampak lebih pucat, atau disebut
(central pallor) diameter 1/3 dari keseluruhan diameter eritrosit.
Eritrosit
berjumlah paling banyak diantara sel-sel darah lainnya. Dalam satu milliliter
darah terdapat kira-kira 4,5 – 6 juta eritrosit, oleh sebab itu darah berwarna
merah. Eritrosit normal berukuran 6 – 8 Nm atau 80 – 100 fL (femloliter). Bila
MCV kurang dari 80 fL disebut (mikrositik) dan jika lebih dari 100fL disebut
(makrositik).
Daur Hidup Eritrosit
Proses
dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis. Secara terus-menerus,
eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah,
dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik (Pada embrio, hati berperan sebagai
pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO)
yang disintesa oleh ginjal.
Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping. Saat
sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang
berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari
seluruh darah yang beredar.
Eritrosit
dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit untuk
mendewasakan eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan
hidup selama 100-120 hari.
Kelainan Eritrosit
Kelainan
eritrosit dapat digolongkan menjadi :
1)
Kelainan berdasarkan ukuran eritrosit
Ukuran normal eritrosit antara 6,2 –
8,2 Nm (normosit)
Kelainan berdasarkan ukuran:
a) Makrosit
Ukuran
eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm terjadi karena pematangan inti eritrosit
terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B₁₂ atau asam
folat.
Penyebab
lainnya adalahkarena rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya
sintesa hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi
darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun
berupa thin macrocytes dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia
hemolitik atau anemia paska pendarahan.
b) Mikrosit
Ukuran eritrosit yang
kurang dari 6,2 Nm. Terjadinya karena menurunnya sintesa hemoglobin yang
disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan mitokondria
yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini didapatkan pada
anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia defisiensi besi.
c) Anisositosis
Pada
kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik, keadaan
ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam
sediaan apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan pada
anemia mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik seperti pada anemia
gizi.
2) Kelainan berdasarkan berdasarkan bentuk
eritrosit
a) Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk
lonjong . Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang kurang dari dua kali sumbu
pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan bahwa pasien menderita kelainan
yang diturunkan yang mempengaruhi sitoskelekton eritrosit misalnya ovalositosis
herediter.
b) Sferosit
Sel yang berbentuk bulat
atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah kehilangan sitosol yang
setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membrane eritrosit.
c) Schistocyte
Merupakan fragmen
eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna lebih tua.
Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada
transplantasi ginjal.
d) Teardrop cells
(dacroytes)
Berbentuk seperti buah
pir. Terjadi ketika ada fibrosis sumsum tulang atau diseritropoesis berat dan
juga dibeberapa anemia hemolitik, anemia megaloblastik, thalasemia mayor,
myelofibrosi idiopati karena metastatis karsinoma atau infiltrasi myelofibrosis
sumsum tulang lainnya.
e) Blister cells
Eritrosit yang terdapat
lepuhan satu atau lebih berupa vakuola yang mudah pecah, bila pecah sel
tersebut bisa menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik
mikroangiopati.
f) Acantocyte /
Burr cells
Eritrosit mempunyai tonjolan satu atau lebih pada membrane dinding sel
kaku. Terdapat duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi dan
menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada
sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada
neonatal.
g) Sickle cells
(Drepanocytes)
Eritrosit yang berbentuk
sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis congenital, anemia sel
sickle, anemia hemolitik.
h) Stomatocyte
Eritrosit bentuk central
pallor seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis alkoholik,
defisiensi glutsthione, sferosis herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan,
thallasemia.
i) Target
cells
Eritrosit yang bentuknya
seperti tembak atau topi orang meksiko. Terjadi pada hemogfobinopati, anemia
hemolitika, penyakit hati.
3)
Kelainan berdasarkan warna eritrosit
a) Hipokromia
Penurunan warna
eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi normal sehingga tampak
lebih pucat. Terjadi pada anemia defisiensi besi, anemia sideroblastik,
thallasemia dan pada infeksi menahun.
b) Hiperkromia
Warna tampak lebih tua
biasanya jarang digunakan untuk menggambarkan ADT.
c) Anisokromasia
Adanya peningkatan variabillitas
warna dari hipokrom dan normokrom. Anisokromasia umumnya menunjukkan adanya
perubahan kondisi seperti kekurangan zat besi dan anemia penyakit kronis.
d) Polikromasia
Eritrosit berwarna merah
muda sampai biru. Terjadi pada anemia hemolitik, dan hemopoeisis ekstrameduler.
4)
Kelainan berdasarkan benda inklusi eritrosit
a) Basophilic stipping
Suatu granula berbentuk
ramping / bulat, berwarna biru tua. Sel ini sulit ditemukan karena
distribusinya jarang.
b) Kristal
Bentuk
batang lurus atau bengkok, mengandung pollimer rantai beta Hb A, dengan
pewarnaan brilliant cresyl blue yang Nampak berwarna biru.
c) Heinz bodies
Benda inklusi berukuran
0,2 -22,0 Nm. Dapat dilihat dengan pewarnaan crystal violet / brillian cresyl
blue.
d) Howell-jouy bodies
Bentuk bulat, berwarna
biru tua atau ungu, jumlahnya satu atau dua mengandung DNA. Karena percepatan
atau abnormalitas eritropoeisis. Terjadi pada anemia hemolitik, post operasi,
atrofi lien.
e) Pappenheimer bodies
Berupa bintik, warna
ungu dengan pewarnaan wright. Dijumpai pada hiposplenisme, anemia hemolitika.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah
yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen
ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam
eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin
akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler.
Warna merah sel darah merah sendiri berasal
dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel
darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk
kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus.
Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.
DAFTAR PUSTAKA
Rameli, Judiht A. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga: Jakarta.
Wonodirekso, Sugito. 2003. Penuntun Praktikum Histologi. Dian Rakyat : jakarta.
Lesson, C roland. Dkk. Buku Ajar Histologi edisi V. Buku Kedokteran EGC
http// Eritrosit
(sel darah merah, www. Wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar