Jumat, 03 Juli 2015

Jaringan Darah (Eritrosit)



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen berbentuk yaitu sel-sel darah dan trombosit dan suatu substansi interseluler cair yaitu plasma darah. Volume darah pada orang dewasa kurang lebih 5 liter. Sifat plasma darah yang cair menyebabkan tidak didapatinya hubungan ruang antar sel. Menurut penampilannya sel darah dibedakan menjadi dua jenis: sel darah merah (eritrosit),  dan sel darah putih (leukosit). Terdapat pula unsur-unsur lain dalam darah yaitu keping-keping darah (trombosit). Sifat unsur darah yang berbentuk dapat dilihat dalam darah segar, namun yang hanya masih banyak lagi terilihat setelah difiksasi dan dipulas.
 Cara pemulasan mempergunakan larutan yang merupakan campuran biru metelin dan eosin. Harus dicatat bahwa nilai-nilai yang diberikan berkenaan dengan dimensi sel dan jumlahnya adalah hanya perkiraan rata-rata, dan disamping itu ukuran dimensi sel-sel lebih kecil dalam keadaan segar, bila dibandingkan dengan dimensi sajian darah apus kering, kecuali sel darah merah.
B. Rumusan Masalah
1.        Bagaimana ciri-ciri dari sel darah merah?
2.        Bagaimana peranan sel darah merah?
3.        Bagaimana kelainan dari sel darah merah?
4.        Bagaimana daur hidup sel darah merah?

C. Tujuan
1.        Untuk mengetahui ciri-ciri sel darah merah
2.        Untuk mengetahui peranan sel darah merah
3.        Untuk mengetahui beberapa kelainan dari sel darah merah
4.        Untuk mengetahui daur hidup sel darah merah

BAB II
PEMBAHASAN

Eritrosit atau sel darah merah, merupakan sel yang telah terdiferensias ijauh dan  mempunyai  fungsi  khusus untuk transpor oksigen. Pada mamalia, eritrosit adalah sel darah yang telah yang melepaskan inti dan organel-organel sitoplasma lain selama perkembangannya.
Ciri-ciri dari eritrosit  antara lain:
Tiap sel berbentuk seperti cakram-bikonkaf dan bila dilihat pada bidang datar bentunnya datar. Pada penyakit-penyakit tertentu ditemukan eritrosit-eritrosit yang telah diubah bentuknya didalam peredaran manusia. Eritrosit mempunyai kecenderungan menempel satu sama lain pada permukaan konkafnya sehingga membentuk bangunan tumpukan atau deretan mirip uang logam, fenoma ini disebut pembentukan rouleaux, yang terjadi secara spontan bila terdapat hambatan sirkulasi atau bila darah dikeluarkan dari peredaran darah.
Sel-sel darah merah bersifat elastis dan mempunyai kemampuan berubah bentuk. Hal ini terbukti dari kemampuannnya melalui kapiler-kapiler dengan diameter kecil. Sel-sel darah merah berdiameter sekitar 7,6 mikron dan tebalnya 1,9 mikron dalan apusan darah kering. Sel-sel hidup yang tidak mengalami dehidrasi mempunyai diameter yang lebih besar sekitar 8,5 mikron.
Jumlah eritrosit lebih besar dari pada unsur darah berbentuk lainnya. Pada laki-laki terdapat 5 sampai 5,5 juta eritrosit tiap milimeter kubik, pada wanita 4,5 sampai 5 juta eritrosit tiap mili meter kubik. Apabila seseorang bertempat tinggal didataran tinggi maka jumlah eritrositnya akan meningkat. Yang tersedia untuk pertukaran zat antara sel-sel darah pada satu pihak dengan plasma dan udara dipihak lain.
Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot. Kandungan ertitrosit dadalah senyawa kimia terdiri dari suatu lipid dan kompleks protein koloid, terutama hemoglobin, yang tidak hanya menyebabkan warna eritriosit menjadi merah, tetapi ikut menentukan bentuk eritrosit.
Warna dari eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit akan berwarna merah terang dan ketika oksigen dilepas maka warna erirosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit. Metode tekanan oksimetri mendapat keuntungan dari perubahan warna ini dengan mengukur kejenuhan oksigen pada darah arterial dengan memakai teknik kolorimetri.
Eritrosit segar berwarna kuning kehijauan. Didalam massa sel darah merah padat, warnanya menjadi merah. Pada sajian apus darah kering, eritrositnya terpulas meran (yaitu asidofil) dengan pulasan Leishman atau Giemsa. Sitoplasma terlihat homogen dan tidak berinti. Setiap eritroisit dibatasi oleh membran plasma yang merupakan suatu kompleks lipoprotein (yaitu suatu “unit” membran khusus). Dibawah membran plasma terdapat kerangka sel (cytoskeletal), yang terdiri dari dua lapisan: jala granual vertikal dan filamentosa horizontal. Jala-jala tersusun oleh protein kontraktil yang “khusus” untuk eritrosit disebut spektrin. Spektrin mampu memelihara bentuk bikonkaf dan memungkinkan pengaliran oksigen dan karbion monoksida secara efisien didalamnya. Jala filamentosa terlihat dihubungkan dengan membran plasma melalui komponen-komponen granular vertikal. Jika bentuk eritrosit dewasa dipengaruhi oleh jala-jala sub plasmalemma, maka ketentuan membran, yang penting untuk mempertahankan kehidupan tergantung pada unsur-unsur membran pada membran plasma, misalnya kolesterol. Dalam keadaan normal sekitar 1% eritrosit yang terdapat dalam perifer belum dewasa. Eritrosit yang belum dewasa disebut retikulosit, yang merupakan suatu tahap perkembangan sel darah merah. Retikulosit tampak agak lebih besar dari pada sel darah merah, dan tampak agak kebiruan setelah pulasan Romanovsky, karena adanya sisa sintesa protein.
Dalam keadaan normal isi (sitoplasma) sel-sel darah berada dalam keseimbangan osmotik dengan plasma. Apabila plasma bertambah pekat konsentrasinya karena penguapan atau karena penanbahan pelarut hipertonik pada darah akan mengakibatkan terjadinya krenasi pada sel darah. Ini sebagai akibat keluarnya air dari sel-sel tersebut yang menyebabkan mengkerut sehingga menghasilkan bentuk sel seolah-olah berduri. Apabila plasma diencerkan, air masuk kedalam sel darah dan sel-sel membengkak, menyebabkan bentuk membulat. Bila keadaan ini terus-menerus, hemoglobin keluar dari sel kedalam plasma dan darah kehilangan warnanya, menjadi kantung-kantung darah yang kempis (blood ghosts), keluarnya hemoglobin disebut hemolisis. Aglutinasi yaitu penggumpalan sel-sel darah merah yang dipengaruhi berbagai zat. Dapat terjadi dalam peredaran darah pada keadaan patologik, pada keadaan ini bentuk dan kandungan hemoglobin eritrosit berubah.

Fungsi eritrosit
Fungsi utama eritrosit adalah untuk pertukaran gas yang membawa oksigen dari paru menuju ke jaringan tubuh dan membawa karbondioksida (CO) dari jaringan tubuh ke paru.    
Eritrosit tidak mempunyai inti sel tetapi mengandung beberapaorganel dalam sitoplasma. Sitoplasma dalam eritrosit berisi hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe) sehingga dapat mengikat oksigen.
Eritrosit berbentuk bikonkaf dan berdiameter 7-8 mikron. Bentuk bikonkaf tersebut menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel sehingga dapat melewatipembuluh darah yang sangat kecil dengan baik. Bentuk eritrosit pada mikroskop biasanya tampak bulat berwarna merah dan dibagian tengahnya tampak lebih pucat, atau disebut (central pallor) diameter 1/3 dari keseluruhan diameter eritrosit.
Eritrosit berjumlah paling banyak diantara sel-sel darah lainnya. Dalam satu milliliter darah terdapat kira-kira 4,5 – 6 juta eritrosit, oleh sebab itu darah berwarna merah. Eritrosit normal berukuran 6 – 8 Nm atau 80 – 100 fL (femloliter). Bila MCV kurang dari 80 fL disebut (mikrositik) dan jika lebih dari 100fL disebut (makrositik).

Daur Hidup Eritrosit
Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis. Secara terus-menerus, eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik (Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal. Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah yang beredar.
Eritrosit dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit untuk mendewasakan eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari.


Kelainan Eritrosit
Kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi :
1)      Kelainan berdasarkan ukuran eritrosit
Ukuran normal eritrosit antara 6,2 – 8,2 Nm (normosit)
Kelainan berdasarkan ukuran:
a)      Makrosit
     Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm terjadi karena pematangan inti eritrosit terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B₁₂ atau asam folat.
     Penyebab lainnya adalahkarena rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya sintesa hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin macrocytes dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia paska pendarahan.
b)      Mikrosit
                        Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm. Terjadinya karena menurunnya sintesa hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan mitokondria yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia defisiensi besi.
c)      Anisositosis
                        Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik, keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan pada anemia mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.


2)       Kelainan berdasarkan berdasarkan bentuk eritrosit
a)      Ovalosit
                        Eritrosit yang berbentuk lonjong . Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang kurang dari dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan bahwa pasien menderita kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi sitoskelekton eritrosit misalnya ovalositosis herediter.
b)      Sferosit
                        Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membrane eritrosit.
c)      Schistocyte
                        Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada transplantasi ginjal.
d)      Teardrop cells (dacroytes)
                        Berbentuk seperti buah pir. Terjadi ketika ada fibrosis sumsum tulang atau diseritropoesis berat dan juga dibeberapa anemia hemolitik, anemia megaloblastik, thalasemia mayor, myelofibrosi idiopati karena metastatis karsinoma atau infiltrasi myelofibrosis sumsum tulang lainnya.
e)      Blister cells
                        Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa vakuola yang mudah pecah, bila pecah sel tersebut bisa menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik mikroangiopati.
f)       Acantocyte / Burr cells
            Eritrosit mempunyai tonjolan  satu atau lebih pada membrane dinding sel kaku. Terdapat duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi dan menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada neonatal.
g)      Sickle cells (Drepanocytes)
                        Eritrosit yang berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis congenital, anemia sel sickle, anemia hemolitik.
h)      Stomatocyte
                        Eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis alkoholik, defisiensi glutsthione, sferosis herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan, thallasemia.
i)        Target cells
                        Eritrosit yang bentuknya seperti tembak atau topi orang meksiko. Terjadi pada hemogfobinopati, anemia hemolitika, penyakit hati.

3)      Kelainan berdasarkan warna eritrosit
a)      Hipokromia
                        Penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi normal sehingga tampak lebih pucat. Terjadi pada anemia defisiensi besi, anemia sideroblastik, thallasemia dan pada infeksi menahun.
b)      Hiperkromia
                        Warna tampak lebih tua biasanya jarang digunakan untuk menggambarkan ADT.
c)      Anisokromasia
                        Adanya peningkatan variabillitas warna dari hipokrom dan normokrom. Anisokromasia umumnya menunjukkan adanya perubahan kondisi seperti kekurangan zat besi dan anemia penyakit kronis.
d)      Polikromasia
                        Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada anemia hemolitik, dan hemopoeisis ekstrameduler.


4)      Kelainan berdasarkan benda inklusi eritrosit
a)      Basophilic stipping
                        Suatu granula berbentuk ramping / bulat, berwarna biru tua. Sel ini sulit ditemukan karena distribusinya jarang.
b)      Kristal
     Bentuk batang lurus atau bengkok, mengandung pollimer rantai beta Hb A, dengan pewarnaan brilliant cresyl blue yang Nampak berwarna biru.
c)      Heinz bodies
                        Benda inklusi berukuran 0,2 -22,0 Nm. Dapat dilihat dengan pewarnaan crystal violet / brillian cresyl blue.
d)      Howell-jouy bodies
                        Bentuk bulat, berwarna biru tua atau ungu, jumlahnya satu atau dua mengandung DNA. Karena percepatan atau abnormalitas eritropoeisis. Terjadi pada anemia hemolitik, post operasi, atrofi lien.
e)      Pappenheimer bodies
                        Berupa bintik, warna ungu dengan pewarnaan wright. Dijumpai pada hiposplenisme, anemia hemolitika.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler.
 Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.


DAFTAR PUSTAKA

Rameli, Judiht A. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga: Jakarta.
Wonodirekso, Sugito. 2003. Penuntun Praktikum Histologi. Dian Rakyat : jakarta.
Lesson, C roland. Dkk. Buku Ajar Histologi edisi V. Buku Kedokteran EGC
http// Eritrosit (sel darah merah, www. Wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar